DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN............................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang ..........................................................................................
B.
Batasan Masalah
.......................................................................................
C.Tujuan Penulisan .......................................................................................
D.
Manfaat Penulisan.....................................................................................
BAB II. LANDASAN TEORISTIS
A.
Konsep Teoritis Solusio Plasenta.............................................................
1.
Pengertian.............................................................................................
2.
Etiologi..................................................................................................
3.
Patofisiologi..........................................................................................
4.
Klasifikasi.............................................................................................
5.
Gambaran klinik....................................................................................
6.
Diagnosa solusio plasenta............................................................
7.
Prognosa solusio pasenta.............................................................
8.
Komplikasi ...........................................................................................
9.
Penatalaksanaan/pengobatan.................................................................
B.
Konsep Managemen Asuhan Kebidanan.................................................
1.
Pengumpulan data.................................................................................
2.
Interpretasi data....................................................................................
3.
Diagnosa potensial................................................................................
4.
Tindakan segera....................................................................................
5.
Intervensi..............................................................................................
6.
Implementasi.........................................................................................
7.
Evaluasi.................................................................................................
8.
Pendokumentasian................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.........................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
B. . Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health
Organisation) melalui pemantauan ibu meninggal di berbagai belahan dunia
memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan
kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan
Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal
dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah
penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara
sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan
di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 %
(informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan
masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi.
Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Penyebab
terbanyak kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan. Perdarahan pada ibu
hamil dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan sebelum janin lahir) dan
perdarahan postpartum (setelah janin lahir). Solusio plasenta merupakan 30%
dari seluruh kejadian perdarahan antepartum yang terjadi ( obsetri haemoragic,
2001 & WHO).
Solusio
plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi sering terjadi pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas
pada janin dan bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat solusio plasenta
berkisar antara 50-80%. Tetapi ada literatur lain yang menyebutkan angka kematian
mendekati 100%(Williams obsetri, 2001).
Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian maternal di
Indonesia pada tahun 1998-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut masih cukup jauh dari tekad pemerintah yang menginginkan penurunan
angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun
2010. Angka kematian maternal ini merupakan yang tertinggi di antara
negara-negara ASEAN. Angka kematian maternal di Singapura dan Malaysia
masing-masing 5 dan 70 orang per 100.000 kelahiran hidup( majalah
Kedokteran Indonesia vol 55, 2005).
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan kasus ini penulis
membatasi dalam hal penerapan manajemen kebidanan ibu nifas dengan solusio
plasenta serta penatalaksanaan pada Ny “M” G4P2A1H2 Tanggal 16 – 17 DESEMBER
2011.
C. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada
solusio plasenta agar berhati – hati dalam memberikan asuhan kepada pasien nifas
atas indikasi solusio plasenta.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu
melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan
data untuk menegakkan diagnosa
pada Ny”M” pada
pasien masa nifas atas indikasi solusio
plasenta.
b. Mampu
mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan data-data pada Ny “M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
c. Mampu
mengidentifikasi diagnosa
potensial yang mungkin terjadi pada Ny “M” pada persalinan dengan solusio plasenta.
d. Mampu
mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan pada Ny “M” pada
pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
e. Mampu
merencanakan asuhan yang rasional sesuai
dengan kebutuhan pada Ny “M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
f. Mampu
melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman pada Ny “M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
g. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan kepada Ny
“M” pada peasien
masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi
Penulis
Merupakan wawasan, pengetahuan dan keterampilan penulis
dalam penerapan ilmu teori, ilmu praktek dilapangan, menganalisa dan merawat
pasien masa nifas dengan indikasi solusio plasenta.
2. Bagi institusi
Studi
kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan untuk Studi Kasus dengan masalah yang sama oleh mahasiswi
Prodi DIII Kebidanan di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Solusio Plasenta
1. Pengertian
Solusio
plasenta adalah pelepasan plasenta seluruh atau sebagian dari tempat
implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni sebelum ank lahir (sarwono, 2008).
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta
sebelum waktunya, pada usia kehamilan 22 minggu atau dengan perkiraan berat
janin lebih dari 500 gram (Manuaba,
2007).
Solusio
plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasiya
antara minggu 22 dan lahirnya anak (obstetric patologi, 1981).
2. Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor
kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa
terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta
cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
2. Faktor
trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain
:
- Dekompresi
uterus pada hidroamnion dan gemeli.
- Tarikan pada
tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar
atau tindakan pertolongan persalinan.
- Trauma
langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Dari penelitian yang dilakukan Slava
di Amerika Serikat diketahui bahwa trauma yang terjadi pada ibu (kecelakaan,
pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus
solusio plasenta. Di RSUPNCM dilaporkan 1,2% kasus solusio plasenta disertai
trauma.
3. Faktor
paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara
dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang
diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara.
Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada
ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi
paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
4. Faktor usia
ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di
RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta
sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin
tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma
uteri (uterine leiomyoma) yang
hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas
bagian yang mengandung leiomioma.
6. Faktor
pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan
peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana
bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun,
hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta
pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35% .
7. Faktor
kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per
hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering
dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta
meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya
yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh
lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan
lain-lain.
Tabel. Factor
resiko solusio plasenta
Faktor Resiko
|
Resiko Relatif
|
Pernah solusio plasenta
Ketuban pecah preterm/ korioamnionitis
Syndrome preeklampsi
Hipertensi kronik
Merokok/ nikotin
Merokok + hipertensi kronik atau
preeklampsi
Pevandu kokain
Mioma dibelakang plasenta
Gangguan system pembekuan darah berupa
single-gene mutation/ tombofilia
Acquired antiphospholipid
autoantibodies
Trauma abdomen dalam kehamilan
Plasenta sirkumfalata
|
10 – 25
2,4 -3,0
2,1 – 4,0
1,8 – 3,0
1,4 – 1,9
5 – 8
13 %
8 dari 14
Meningkat s/d 7 × meningkat
Jarang
Jarang
|
3. Patofisiologi
Sesungguhnya
solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili – vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya
jelas karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam
banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili
dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mendapatkan perdarahan sebagian hasil akhir. Perdaraha
tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang
tetap melekat pada miometrium dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali
dari prosen dari pembentukan hematom yang bkisa menyebabkan pelepasan yang
lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian sekeliling plasenta yang
berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada
bagian belakang belakang plasenta yang beru lahir. Dalam beberapa kejadian
pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis
dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan
oksigen dari sirkulasi meternal / plasenta sirkulasi janin. Hematoma yang
terbentukdengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas dan banyak/ banyak sampai
kepinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan
miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina. Perdarahan tidak
bias berhenti karena uterus yang mengandung tidak mampu berkontraksi untuk
menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus, walaupun jarang etrdapat
perdarahan tinggal terperangkap dilam uterus.
Terdapat
beberapa keadaan yang secara teoritis dapat mneyebkan kematian sel karena
iskemia dan hipoksia pada desidua. Pada pasien dengan korioamnionitis, misalnya
pada air ketuban pecah prematur, terjadi pelepasan lopopolisakarida dan
endotoksin lain yang berasal dari agensia yang infeksius dan menginduksi
pembentukan dan penumpukan sitokines, eisikanoid, dan bahan-bahan oksidan lain
seperti siperoksida. Semua bahan ini mempunyai daya sitotoksis yang menyebabkan
iskemia dan hipoksia yang berujung dengan kematian sel. Salah satu kerja
sitotoksis dari endotoksin adalah terbentuknya NOS (nitric oxide synthase) yang
berkemampuan menghasilkan NO (nitric oxide) yaitu suatu vasidilator kuat yang
menghambat agregasi trombosit. Metabolisme NO menyebabkan pembentukan
peroksinitrit suatu oksidan tahan lama yang mampu menyebabkan iskemia dan
hipoksia yang menyebabkan kematian sel dan perdarahan. Kedalam penyakit ini
termasuk autoimun antibody, lopus antikoagulan, semua telah lama dikenal
berakibat buruk pada kehamilan termasuk melatar belakangi kejadian solusio
plasenta. Kelainan genetic berupa defisiensi protein C dan protein S keduanya
meningkatkan pembentukan thrombosis dan dinyatakan terlibat dalam etiologi
pre-eklampsia dan solusio plasenta. ( ilmu kebidanan, 2008)
4. Klasifikasi
a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta
menurut derajat pelepasan plasenta :
1. Solusio
plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio
plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis,
sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
b.
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :
1. Solusio
plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma retroplacenter
3. Solusio
plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
c. Cunningham
dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut
tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang
100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,
pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih
150 mg%.