Jumat, 16 Maret 2012

reflaksi kasus

RETRAKSI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PAD NY “Y” DENGAN NIFAS POST SC ATAS INDIKASI SOLUSIO PLASENTA DIKAMAR BERSALIN IRNA KEBUDANAN
 RSUP M. JAMIL PADANG


Oleh :
NUR AFITRIYANI
0921860


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2012


REFLEKSI KASUS
Ibu post section caesarea tiba di kamar bersalin  jam 13.00 dan segera dibawa ke ruang RR kebidanan, lalu saya segera menyiapkan tempat tidur ibu dengan posisi kepala lebih ditinggikan dan saya ditugaskan untuk bertanggung jawab pada ibu tersebut untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas post section caesarea.
            pertama yang saya lakukan pada ibu tersebut yaitu mengukur tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, tetesan infuse, perdarahan ibu, melakukan vulva hygine, lochea, mencatat intake output, melakukan pemeriksaan penunjang. Setelah 2 jam post section saya melakukan anamnesa pada ibu tersebut. Pada 2 jam pertama ibu masuk diruangan RR ibu sempat mengalami tekanan darah yang tinggi dikarenakan ibu baru selesai operasi Caesar.
            Setelah 6 jam persalinan ukur TFU ibu dan ibu baru dibolehkan untuk minum teh hangat terlebih dahulu karena teh manis hangat dapat menghasilkan energi lebih cepat. Dan memberikan terapi pada ibu sesuai dengan orderan yang diberikan dokter.
            Hari kedua post section caesarea, melakukan perawatan luka bekas section, mengukur tekanan darah ibu, suhu, pernapasan, nadi, TFU, lochea, mencatat intake output, melakukan personal hygine, dan memberikan teraapi sesuai order dokter.
            Setelah saya melakukan asuhan pada ibu saya menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, dan tidak lupa saya membina hubungan saling percaya pada ibu. Dan menganjurkan ibu untuk beristirahat
Asuhan yang difikirkan adalah :
1. melakukan pemantauan nadi, pernapasan, suhu, tekanan darah.
2. melakukan pemantauan pedarahan ibu.
3. melakukan pengukuran TFU ibu.
4. melakukan pemantauan jumlah tetesan infuse ibu.
5. melakukan penghitungan intak output ibu.
Diagnosa :
Asuhan kebidana dengan nifas post sc dengan indikasi solusio plasenta
Yang dilakukan ketika itu sama dengan apa saja yang saya fikirkan sesuai apa yang dilakukan saya adalah :
1. melakukan pemantauan nadi, pernapasan, suhu, tekanan darah.
2. melakukan pemantauan pedarahan ibu.
3. melakukan pengukuran TFU ibu.
4. melakukan pemantauan jumlah tetesan infuse ibu.
5. melakukan penghitungan intak output ibu.
            Asuhan yang diberikan cocok dengan teori dan melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan jumlah 
perdarahan serta suhu ibu.  

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny “M” dengan Solusio Plasenta di RSUP Dr M. djamil Padang Tanggal 16 Desember s.d 17 Desember 2011

DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN............................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ..........................................................................................
B. Batasan Masalah .......................................................................................
C.Tujuan Penulisan .......................................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................
BAB II. LANDASAN  TEORISTIS
A.    Konsep Teoritis Solusio Plasenta.............................................................
1.   Pengertian.............................................................................................
2.   Etiologi..................................................................................................
3.   Patofisiologi..........................................................................................
4.   Klasifikasi.............................................................................................
5.   Gambaran klinik....................................................................................
6.   Diagnosa solusio plasenta............................................................
7.   Prognosa solusio pasenta.............................................................
8.   Komplikasi ...........................................................................................
9.   Penatalaksanaan/pengobatan.................................................................
B.     Konsep Managemen Asuhan Kebidanan.................................................
1.   Pengumpulan data.................................................................................
2.   Interpretasi data....................................................................................
3.   Diagnosa potensial................................................................................
4.   Tindakan segera....................................................................................
5.   Intervensi..............................................................................................
6.   Implementasi.........................................................................................
7.   Evaluasi.................................................................................................
8.   Pendokumentasian................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.........................................................................
BAB V PENUTUP
A.  Kesimpulan............................................................................................
B. . Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Penyebab terbanyak kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan. Perdarahan pada ibu hamil dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan sebelum janin lahir) dan perdarahan postpartum (setelah janin lahir). Solusio plasenta merupakan 30% dari seluruh kejadian perdarahan antepartum yang terjadi ( obsetri haemoragic, 2001 & WHO).
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi sering terjadi pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas pada janin dan bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat solusio plasenta berkisar antara 50-80%. Tetapi ada literatur lain yang menyebutkan angka kematian mendekati 100%(Williams obsetri, 2001).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian maternal di Indonesia pada tahun 1998-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih cukup jauh dari tekad pemerintah yang menginginkan penurunan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2010. Angka kematian maternal ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Angka kematian maternal di Singapura dan Malaysia masing-masing 5 dan 70 orang per 100.000 kelahiran hidup( majalah Kedokteran Indonesia vol 55, 2005).
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan kasus ini penulis membatasi dalam hal penerapan manajemen kebidanan ibu nifas dengan solusio plasenta serta penatalaksanaan pada Ny “M” G4P2A1H2 Tanggal 16 – 17 DESEMBER 2011.
C.  Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada solusio plasenta agar berhati – hati dalam memberikan asuhan kepada pasien nifas atas indikasi solusio plasenta.
 2. Tujuan Khusus
a.       Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data untuk menegakkan diagnosa pada Ny”M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
b.      Mampu mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan  data-data pada Ny “M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
c.       Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada Ny “M” pada persalinan dengan solusio plasenta.
d.      Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan pada Ny M pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
e.       Mampu merencanakan asuhan yang rasional sesuai dengan kebutuhan pada Ny “M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
f.       Mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman pada Ny “M” pada pasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
g.      Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan kepada Ny “M” pada peasien masa nifas atas indikasi solusio plasenta.
D. Manfaat Penulisan
1.      Bagi Penulis
Merupakan wawasan, pengetahuan dan keterampilan penulis dalam penerapan ilmu teori, ilmu praktek dilapangan, menganalisa dan merawat pasien masa nifas dengan indikasi solusio plasenta.
2.      Bagi  institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk Studi Kasus dengan masalah yang sama oleh mahasiswi Prodi DIII Kebidanan di masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Solusio Plasenta
1.      Pengertian
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta seluruh atau sebagian dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum ank lahir (sarwono, 2008).
 Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, pada usia kehamilan 22 minggu atau dengan perkiraan berat janin lebih dari 500 gram (Manuaba, 2007).
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasiya antara minggu 22 dan lahirnya anak (obstetric patologi, 1981).
2.      Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
- Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa trauma yang terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus solusio plasenta. Di RSUPNCM dilaporkan 1,2% kasus solusio plasenta disertai trauma.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

4. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35% .
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
Tabel. Factor resiko solusio plasenta
Faktor Resiko
Resiko Relatif
Pernah solusio plasenta
Ketuban pecah preterm/ korioamnionitis
Syndrome preeklampsi
Hipertensi kronik
Merokok/ nikotin
Merokok + hipertensi kronik atau preeklampsi
Pevandu kokain
Mioma dibelakang plasenta
Gangguan system pembekuan darah berupa single-gene mutation/ tombofilia
Acquired antiphospholipid autoantibodies
Trauma abdomen dalam kehamilan
Plasenta sirkumfalata
10 – 25
2,4 -3,0
2,1 – 4,0
1,8 – 3,0
1,4 – 1,9
5 – 8
13 %
8 dari 14
Meningkat s/d 7 × meningkat

Jarang
Jarang


3.      Patofisiologi
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili – vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili dapat berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mendapatkan perdarahan sebagian hasil akhir. Perdaraha tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari prosen dari pembentukan hematom yang bkisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian sekeliling plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang belakang plasenta yang beru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi meternal / plasenta sirkulasi janin. Hematoma yang terbentukdengan cepat meluas dan melepaskan plasenta  lebih luas dan banyak/ banyak sampai kepinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina. Perdarahan tidak bias berhenti karena uterus yang mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus, walaupun jarang etrdapat perdarahan tinggal terperangkap dilam uterus.
Terdapat beberapa keadaan yang secara teoritis dapat mneyebkan kematian sel karena iskemia dan hipoksia pada desidua. Pada pasien dengan korioamnionitis, misalnya pada air ketuban pecah prematur, terjadi pelepasan lopopolisakarida dan endotoksin lain yang berasal dari agensia yang infeksius dan menginduksi pembentukan dan penumpukan sitokines, eisikanoid, dan bahan-bahan oksidan lain seperti siperoksida. Semua bahan ini mempunyai daya sitotoksis yang menyebabkan iskemia dan hipoksia yang berujung dengan kematian sel. Salah satu kerja sitotoksis dari endotoksin adalah terbentuknya NOS (nitric oxide synthase) yang berkemampuan menghasilkan NO (nitric oxide) yaitu suatu vasidilator kuat yang menghambat agregasi trombosit. Metabolisme NO menyebabkan pembentukan peroksinitrit suatu oksidan tahan lama yang mampu menyebabkan iskemia dan hipoksia yang menyebabkan kematian sel dan perdarahan. Kedalam penyakit ini termasuk autoimun antibody, lopus antikoagulan, semua telah lama dikenal berakibat buruk pada kehamilan termasuk melatar belakangi kejadian solusio plasenta. Kelainan genetic berupa defisiensi protein C dan protein S keduanya meningkatkan pembentukan thrombosis dan dinyatakan terlibat dalam etiologi pre-eklampsia dan solusio plasenta. ( ilmu kebidanan, 2008)
4.      Klasifikasi
a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta :
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
b. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
c. Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.